Sabtu, 03 Agustus 2013

Ali Sadikin (lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927 – meninggal di Singapura, 20 Mei 2008 pada umur 82 tahun) adalah seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Ali Sadikin menjadi gubernur yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya. Karena itu ia disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali sementara istrinya, Ny. Nani Sadikin, seorang dokter gigi, disapa Mpok Nani.

Hari pertama memimpin Jakarta, bang Ali dapat masukan budget anggaran belanja 66 juta rupiah setahun. 1/3 hasil pungutan daerah dan 2/3nya subsidi.Masya Allah ‘ pikir Bang Ali. Bagaimana mungkin saya melakukan pelayanan dan pembangunan. Ketika melihat kecil anggaran.Jakarta saat itu adalah. Ada 3,6 juta warga, yg jumlahnya naik terus krn urbanisasi. Kebutuhan mereka sejak bayi lahir sampai kuburan.60 % warga Jakarta saat itu tinggal di kampung yg becek dan menyedihkan. Sanitasi buruk, tidak ada fasilitas umum untuk kehidupan baik, bang Ali sangat keras. Hal pertama yang dilakukan membentuk pola budaya kerja di antara pegawai Pemda sendiri.

Sudah bukan rahasia umum, sebagai Gubernur bang Ali memaki, berteriak bahkan ada yang ditempeleng karena disiplin kerja yang buruk. sudah terbiasa dengar suara menggelegar “ Sontoloyo ““ Goblog “. Kadang dia tulis di disposisi ‘ memang ini warisan nenek moyangnya !.Tahun segitu ia sudah menyuruh dinas perpajakan kota belajar computer ke Belanda untuk agar bisa menaikan pendapatan pajak.Motonya’ Service is money, money is tax ‘ sehingga no tax no service. Jangan rakyat mengharapkan dari saya jika tidak mau membayar pajak. Bang Ali saat itu yg menggenjot pajak. Walau bukan pajak pribadi, lewat pajak kepemilikan kendaraan bermotor, sampai pajak berniaga.Ia berani melegalkan judi. dengan payung hukum, UU no 11 /1957 yang memungkinkan Pemerintah daerah memungut pajak atas izin perjudian. Ini terobosan untuk membangun Jakarta . Terlebih dengan anggaran tahunan yang hanya 66 juta rupiah., dan selalu defisit setiap tahunnya . Kelak ketika ia meninggalkan kursi Gubernur, bang Ali mewariskan surplus kas sebesar 115 milyar rupiah.

Saat itu ada beberapa tempat judi illegal & dibeking oleh ABRI. daripada gelap, lebih baik dilegalkan dan uang pajak masuk ke kas pemda, bang Ali juga menegaskan judi hanya untuk masyarakat Cina, karena sudah dianggap budaya, juga untuk mereka yang bukan Islam dan orang asing. Hanya saja ekses sampingan banyak warga pribumi yg beragama Islam yang ikut main judi. Bang Ali kesal sekali. Kata Bang Ali. “ kalau umat Islam ikut judi, artinya keIslaman orang itu yang bobrok, bukan Gubernurnya “ .Bang Ali berkata : ini tanggung jawab saya di akhirat. Saya bilang ke Tuhan, ada 300 ribu anak yg tidak sekolah, dan 3 juta warga yg miskin. Kondisi sekolah di Jakarta saat itu, sekolah -sekolah hanya dengan lantai tanah dan dinding bamboo, dengan meja dijejali sampai 5 orang .Bang Ali : Banyak ditemukan penyakit kusta di kota ini, bahkan anak - anak dengan perut buncit, gusi merah dan mata melotot.

Dengan uang judi Bang Ali membangun Jakarta, untuk sekolah dihabiskan 20 milyar, sampai tahun 1974. Sudah 700 gedung sekolah dibangun. Itu belum termasuk fasilitas sosial, puskesmas, perbaikan kampung MHT, membeli bus-bus, memperbaiki shelter. Untuk pembangunan jalan - jalan, menghabiskan biaya 17 milyar, hampir seperempat dari total pengeluaran pembangunan DKI .Belum lama bang Ali jadi Gubernur , selama 2 hari keliling Jakarta naik bus. Hujan dan ikut berdesak desakan dengan penumpang lain. Saat itu ia tahu runyamnya transportasi Jakarta, orang naik bus dimana saja, turun kapan saja, tidak ada terminal. Ia datang ke Bapenas minta Bus, dapat pinjaman dari Amerika untuk beli bus sebanyak 500. Lalu dengan uang ( judi ) ia membeli tambahan 2500 bus. Lalu Bang Ali dirikan terminal Lapangan Banteng, Grogol, Cililitan, Blok M , Pulo Gadung dan banyak lagi. Juga shelter bus. Problem lainnya, harga tarif angkutan bus tidak sesuai dan harus dinaikan. Tapi pasti akan diprotes DPRD dan rakyat.Bang Ali tidak perduli, kalau ingin fasilitas bagus, mesti bayar, enak aja mau murah , Supir-supir bus pernah mengadu ke Bang Ali, karena banyak oknum ABRI tidak mau membayar bus, mereka para supir kerap dipukuli ketika ditagih . Bang Ali menyanggupi dengan persyaratan. Para supir bus tidak boleh memuat penumpang lebih dari 50 orang setiap busnya. Bang Ali lalu membuat surat kepada garnisun dan komandan POM ABRI, bahwa semua ABRI yang naik bus harus bayar.

Bang Ali Gubernur yg kejam pada tukang becak. Perlahan becak dihilangkan. “ Saya tidak mau Jakarta kelak jadi seperti Calcuta, India.Dia juga pernah bersama Komandan Polisi Jakarta, tiba tiba melakukan razia bus - bus, dan menggiring puluhan bus - bus nakal masuk ke polda . Demikian oplet diatur menjalani rute ke arah luar kota saja. Jakarta tidak boleh ada oplet. Mungkin oplet sejenis angkot jaman sekarang.

Bagi Bang Ali, Sudah biasa dia mengatur lalu lintas disekitar Sarinah. Terutama ketika banjir plus bajunya kotor terciprat air genangan . Tahun 1974 ia dan team Jerman sdh buat studi jaringan kereta api Jakarta yg berhubungan, dg arus keluar masuk dari dan ke daerah lain, salah satu peninggalan Bang Ali yang terkenal adalah proyek perbaikan kampung MHT – Mohamad Husni Thamrin . Kampung di Jakarta saat itu tidak ada air bersih, tak ada jalan, MCK diempang-empang, pintu rumah berhadapan dg kakus. Ia datang ke Bapenas, tapi gagasannya ditolak karena menurut Pemerintah Pusat, perbaikan kampung bukan prioritas. Dengan uang judi Bang Ali mulai menggarap lima daerah. Kampung Bali, Jawa, Pademangan, Keagungan dan Kartini. Lalu menyusul kampung lain. Perbaikan meliputi jalan - jalan untuk kendaraan, pembuatan jembatan, got got, bak - bak sampah, fasilitas puskesmas, membangun sekolah, MCK.

Bang Ali Gubernur yg pertama kali buat peraturan bahwa setiap orang yg menebang pohon besar wajib berkonsutasi dg Dinas Pertamanan, suatu hari ia kedatangan Buyung Nasution, ia mendirikan LBH & minta dukungan. Oleh Pemda DKI diberikan bantuan keuangan tanpa ikatan. Alasan Bang Ali, Saya suka dikontrol, banyak masyarakat bawah yang buta hukum tapi butuh bantuan hokum, kadang Bang Ali jengkel dengan Adnan Buyung, sudah dibantu kok malah sering menggugat. Tapi Bang Ali berpikir, toh itu memang tugas LBH . Selain judi, Bang Ali yg melokalisasi WTS , yakni di kawasan Kramat Tunggak. Waktu itu daerah Kramat Tunggak masih jauh dan terpencil, banyak WTS yang berkeliaran di jalan jalan. Saat itu mereka berkeliling dengan becak , sambil menjajakan dirinya. Disebut becak komplit. Ia diprotes ulama, dianggap legalkan prostitusi. Kata Bang Ali, harus diaturr, dengan dilokalisasi, bisa dikontrol dg suntikan berkala.

Bang Ali meminta Ciputra melalui Yayasan Jaya Raya untuk membantu pendirian majalah Tempo, karena kelompok jurnalis ini memiliki potensi. Lucunya di nomor pertamamya sudah menyentil Gubernur. Kritik diperlukan. Tapi kritik yg mengada ada saya lawan. Kata bang Ali. Ini konsekuensi jadi Gubernur, kalau tidak mau dikritik, hangan jadi pejabat publik. Bang Ali selalu menganggap kritik punya maksud baik. Ada yang mengkritik soal judi. Dia anggap baik, maksudnya baik, jangan sampai Jakarta jadi kota maksiat. Kata Bang Ali, Saya dikritik jadi Gubernur judi,gubernur maksiat. Biar saja. Mereka tidak paham apa maksud saya.

Bang Ali dikritik tentang night club, Dia bilang. “ Sebagai warga kota industry, dagang, jasa. Orang ada capeknya. Biar mereka menghibur diri. Bang Ali menambahkan, tidak mungkin 5 juta penduduk Jakarta malaikat semua. Night Club, Pacuan Kuda, Anjing, Hailai didirikan untuk lapisan yang lebih berada. Sebagai kota metropolitan untuk masayarakat heterogen. Umar Ismail, karena usaha fimnya seret, minta ijin buat night club. “ Apa benar Pak Umar “ Tanya Bang Ali. Maka berdirilah Miraca Sky Club.

Untuk dunia sastra. Ayip Rosidi datang.Lalu ia panggil Ciputra utk pinjamkan 20 juta utk modal pendirian penerbit “ Pustaka Jaya “. Untuk Pacuan Kuda, Bang Ali mengangkat Alex Kawilarang mantan tokoh Permesta yag paham dengan urusan kuda , kerja sama dengan Australia termasuk melatih joki - joki, membuat pacuan Kuda di Jakarta lebih bagus daripada yg ada di Jepang. Peraturan ditetapkan, yang nonton harus pakai sepatu, jas dan dasi sesuai standar pacuan kuda Internasional, kata Bang Ali.

Bang Ali temperamental, ketika ia melihat supir truk ugal ugalan di jalan, ia langsung menghentikan truk itu, lalu menempeleng supirnya. Buya Hamka dipersilahkan naik helikopter, karena jalan jalan Jakarta dibangun dengan judi. Demikian ia membalas sindiran sang Buya. Pernah juga ketika membangun sebuah proyek DKI. Ia mendapat laporan bahwa pasokan semen terganggu karena pemasoknya nakal, lalu ia memanggil direktur pemasok semen. Setelah dipanggil berkali kali, tidak muncul. Baru pamggilan ke tiga , ia muncul . Ditanya, jawabannya berbelit belit. ‘ PLaakk “ ditampar 3 kali oleh Bang Ali. Barulah dia janji akan menepati pasokan sesuai kontrak.

Pada 3 tahun pertama, ia bangun 50 lap terbuka, 70 lapangan tenis, 4 kolam renang besar, 25 lapangan basket ,12 gelanggang olah raga. Generasi muda digarap dengan program terpadu pendidikan, kebudayaan, olah raga dan sebagainya. Maka dibentuk Karang Taruna di tiap kelurahan dan RW . Untuk mereka di bangun Gelanggang remaja di lima wilayah kota dan Balai Rakyat di tiap kecamatan . Untuk Gelanggang Remaja, termasuk kolam renang dan fasilitas olah raga lainnya. Belum termasuk membuat kompleks olahraga SMP/ SMA. Bang Ali juga membangun Gelanggang Olahraga Mahasiswa yg diberi nama Soemantri Brojonegoro di daerah Kuningan, walau dicurigai Pemerintah Pusat sbg akal Ali Sadikin utk mengambil hati mahasiswa, namun pusat menyumbang seperlima dari total biaya. Bang Ali juga membangun jalan jalan di Jakarta. Termasuk jalan Pemuda

dan Jalan Pramuka yang mestinya proyek Pemerintah Pusat. Bang Ali tidak pernah melihat ini proyek pusat ini proyek Pemda. Baginya cukup dilihat sebagai proyek yang membawa manfaat bagi Jakarta.

Bang Ali adalah satu satunya Gubernur yg paling peduli dengan film nasional, menurutnya film telah menjadi kebutuhan masyarakat. Pemda DKI membangun pusat perfilman di Kuningan, termasuk Sinematek untuk mendokumentasikan arsip film. Waktu diresmikan Sinematek yg pertama di Asia. Bahkan waktu itu Hongkong dan Jepang belum ada. Pada akhir masa jabatannya telah ada 130 gedung bioskop, bandingkan saat ia pertama menjabat hanya 47 bioskop. Bang Ali mewajibkan semua bioskop untuk memutar film nasional, bahkan setiap film yang baru release, akan dipromosikan di balai kota. Pajak yang diambil dari film, dikembalikan ke film. Salah satunya adalah mendirikan pusat perfilman di Kuningan. Bang Ali juga kesal dengan BSF ( Badan Sensor Film ). Ia berkata " Saya jengkel, BSF bekerja terlalu kampungan" . Bang Ali : Yang dipakai BSF norma yg cocok utk Probolinggo, Cibinong dan tidak sesuai dg Jakarta sebagai kota Intermasional. Kata Bang Ali. Pemotongan film jangan terlalu banyak. Kalau takut porno, diam di rumah saja , jangan nonton film, kalau banyak yg dipotong, maka penonton rugi dan bioskop rugi. Saya juga rugi karena pajak juga berkurang. Kata Bang Ali jengkel. Lalu Bang Ali minta agar Pemda DKI masuk dalam struktur badan sensor, tapi ditolak .

Bang Ali mendirikan Taman Ismail Marzuki 10 Nov 1968 agar Jakarta memiliki pusat kesenian dan budaya. Baginya kesenian mesti hidup, kebudayaan mesti dipikirkan agar hidup. Cita- cita menjadikan Jakarta sebagai kota budaya sudah ada dalam rencana Induk 20 tahun kedepan. Bang Ali juga yg mengatakan, sebuah kota dilihat berbudaya apa tidak, dengan melihat jumlah museum yg dimiliki. Bang Ali sering ke TIM dadakan, ia senang bergaul dengan seniman, darinya ia memperoleh inspirasi ide kreatif Jakarta. Seniman bilang sekolah seni hanya ada di Bandung, Jogja. Masa di Jakarta tidak ada ? Lalu ia mendirikan LPKJ yang menjadi IKJ. Kelak Ide Bang Ali adalah seniman yg lulus dari sekolah ini mengisi ruang kreatif melalui gelanggang- gelanggang remaja di tiap kota madya.

Salah satu usaha mencapai keadilan sosial adalah menciptakan kesempatan setiap warga memperoleh derajat pelayanan kesehatan yang layak. Sampai akhir masa jabatan sdh ada 243 Puskesmas. Disetiap kelurahan harus ada Puskesmas, 2 - 3 Puskesmas dengan masing masing 2 dokter. Pemda DKI membantu RS swasta dan Pemerintah, guna menutupi kekurangan peralatan serta subisidi bagi yang tidak mampu. Bang Ali, menentukan tarif. Kelas satu, Kelas Dua, Kelas tiga, -kelas umum, lalu pegawai negeri dan pensiunan. Kelas empat Gratis .Pemda DKI melakukan proyek Home Nursing, bekerja sama dengan Puskesmas untuk memberikan pengobatan atau vaksinasi setiap minggu. Home Nursing bikin kesadaran kesehatan diri sendiri / ingkungan. Sampai akhir masa jabatan, telah dididik 700 kader kesehatan.

Pemda DKI juga mempunyai 17 team medis keliling dengan mobil yang masing masing bergerak 4 kali seminggu ke seluruh daerah kota Jakarta. Team medis mobile termasuk pelayanan KB. Ini untuk mengantisipasi kelurahan yang belum memiliki Puskesmas. Untuk kesehatan sekolah, bekerja sama dengan Puskesmas, dibentuk team kesehatan sekolah, termasuk menangani kesehatan gigi. Bahkan untuk murid-murid yang kesehatannya terganggu atau kekurangan gizi, pemda DKI membangun tempat peristirahatan di Cimacan, Cipanas. Bang Ali mendirikan Perhimpunan Donor Darah Jakarta untuk menutupi kekurangan pasokan darah untuk PMI, ini setelah Prof Satrio , ketua PMI datang padanya dan mengeluh bahwa bantuan dari Pemerintah Pusat tidak kunjung tiba. Alasan Pemerintah karena waktu itu PMI bukan bagian dari Dep. Kesehatan. Hanya semacam badan social. Bang Ali buat kesepakatan dengan Polisi, siapa yg buat SIM harus nyumbang darah, kecuali mereka dg surat dokter memang tidak bisa. Ia mewajibkan pegawai Pemda, institusi pendidikan, universitas sampai kedutaan menjadi donor. Akhirnya PMI punya stock darah yang banyak. Sejak tahun 1970 Bang Ali membentuk Palang Merah Remaja ( PMR ) di SLP dan SMA untuk meningkatkan kesadaran remaja.

Bertepatan 10 tahun Bang Ali menjadi Gubernur. Ia meminta Presiden Soeharto meresmikan Balaikota yg bertingkat 23. Ia teringat pesan Bung Karno, supaya jangan membangun gedung yang lebih tinggi di sekitar Monas. Ia teringat mimpi - mimpi Bung Karno yang berkhayal air mancur di tengah kota, hotel hotel megah, tempat rekreasi, museum dan art gallery. Bang Ali selalu menyebut ini ketika meresmikan pasar Senen, Taman Ancol sampai Hotel hotel berbintang. Tentang Ancol, itu ide Bung Karno. Suatu hari ia dipanggil , untuk mengubah daerah rawa dan jin buang anak, jadi tempat wisata. Bang Ali membangun kawasan otorita, seperti Kuningan, Pulomas, Pondok Pinang, Sunter, Proyek Senen, Cempaka putih.

Bang Ali juga bangun konvension hall pertama di Jakarta. Waktu itu tk menyambut PATA Conference 1974. Karena DKI tidak punya dana, maka ia bekerja sama dengan Ibnu Sutowo Pertamina. DKI menyediakan tanah di pojokan Senayan. The Big Village. Mimpi buat Jakarta sejajar dg kota metropolitan di dunia. Jakarta punya kekhususan yg berbeda dengan kota lain di Indonesia. Bang Ali selalu dicambuk untuk menambah ruang publik , ruang hijau untuk fasilitas warga, yg jumlahnya bertambah terus.

Sejak1968 dibuat perayaan HUT DKI secara rutin. Perayaan besar-besaran di seluruh kota. Bang Ali terinspirasi oleh Carnaval Rio de Janeiro. Katanya, “ Biar rakyat kecil terhibur, mereka tidak bisa bersenang senang di Night Club. Mereka harus ada hiburan “ , setiap ulang tahu Jakarta, jalanan Thamrin ditutup sampai Monas. Semua warga Jakarta tumpah berbaur disana. Kebiasaan Bang Ali, pada malam 21 ke 22 Juni tepat pukul 24.00, ia bersama istri muncul di panggung berteriak’ Hidup Jakarta ". Bang Ali bilang ia ingin menghibur rakyat yg tinggal di kampung kumuh. Menarik mereka keluar rumah menghirup udara segar dan bergembira. Bang Ali senang jika ada warga yang gelar tiker, sambil makan kacang di pinggiran taman Jalan Thamrin.

Gagasan membuat tempat hiburan selalu dikembangkan. Taman Ria Remaja, Kebon Binatang, Taman Ancol, Jakarta Fair serta taman-taman kota, bang Ali selalu wanti wanti kepada petugas, jangan mengganggu remaja remaja yang pacaran. “Jangan ganggu mereka “ pesannya. “ kalau hanya sampai berpelukan. Biarkan mereka “ Ketika Bang Ali turun. Kepergiannya ditangisi oleh warga Jakarta. Barang kali ini satu satunya Gubernur yang dicintai oleh warganya. Oleh IAIN Ia dianugrahkan gekar Al Bani yang artinya Bapak pembangunan ibu kota. Ia membantu gedung, perpustakan dan asrama mereka. Ketika awal menjabat jumlah Mesjid di Jakarta 600, dan tahun 1977 sudah menjadi 1070, Jumlah mushola jumlahnya 3500, telah menjadi 4500. Sebagai Gubernur yang melegalisasi judi, pada saat perpisahannya. Bang Ali mendapat penghargaan lencana emas dari ketua MUI Jakarta.

Sardono W Kusumo buat pagelaran “ Yellow Submarine “ Cerita ttg Ali Sadikin membangun tempat ‘ remang remang ‘ tapi juga tempat indah. Bang Ali tersenyum. Sardono tidak bohong, Saya memang harus melayani semua pihak. Bisik Bang Ali. Mahasiswa UI ramai ramai membuat kaos “ Bang Ali you are the best “ serta memakainya ketika mengundang Bang Ali datang ke kampus UI. Spontan anak2 SD, mengurung Bang Ali , Nyanyi , Ini dia Bang Ali kita, orangnya ramah jarang ditemu. Sayang sekali masa telah habis. Orkes remaja, dan musisi mengadakan pagelaran perpisahan. PSSI buat perpisahan dg pertandingan Persija melawan Persebaya.

Bang Ali juga diundang menghadiri pimpinan gereja gereja di Jakarta, yang membuat doa syukur karena keberhasilan memimpin Jakarta. Perpisahan resmi dengan pegawai pemda, dihadiri 15 ribu orang di Istora Senayan, sehingga banyak yg duduk bersila dilantai. Hari perpisahan di Balai kota lebih dipenuhi warga, Ada pemuda membawa gitar, minta ijin bernyanyi di depan Bang Ali, ada yag baca sajak. Pada hari perpisahannya, ada wartawati yang memberi ciuman di pipi, ada mahasiswa yang memberi lukisan, ada ibu datang dari Jogja membawa gudeg, sebagai rasa terima kasih, karena anaknya yang merantau ke Jakarta bisa hidup di kota besar.

Bang Ali diarak dengan sado dari Mesjid Al Azhar ke gedung Walikota Jaksel, rakyat berebut menyalami. Tak terasa air mata Bang Ali basah. Selesai tugas, Bang Ali sebagai Gubermur selama 11 tahun. Ia telah meninggalkan warisan kepada warga Jakarta, yang tidak bisa dilakukan oleh gubernur-gubernur selanjutnya.

“Setelah Bang Ali, hanya Sutiyoso yang mendekati keberhasilan dalam mengurai persoalan Jakarta, mulai transportasi dan produktifitas bisnis sampai masalah social lainnya. Sayangnya, implementasi dalam bidang transportasi yang dirancang kurang berhasil dijalankan penggantinya, sehingga aktifitas bisnis di Jakarta menjadi kurang produktif akibat didera kemacetan parah setiap hari,” kata Anwar pada Pos Kota, Senin (14/3) di Jakarta.

Karena itu, wajar sekali jika masyarakat Jakarta sangat merindukan figur ‘Ali Sadikin muda’ untuk memimpin DKI Jakarta ke depan.

Guna mendapatkan sosok tersebut, hendaknya jangan lagi melalui pendekatan kekuasaan melalui partai, melainkan harus melalui pendekatan kebutuhan DKI.

Ketika Sutiyoso berniat mengikuti langkah yang ditempuh Bang Ali, ternyata respon masyarakat berbeda. Banyak masyarakat yang menentang rencana Bang Yos. Menurut Bang Ali, situasi sekarang rakyatnya sudah lain. Sekarang kenyataannya sudah rusak akibat politik dan segala macam. Sehingga masyarakat makin tidak terkendali. DPRD dulu lain dengan sekarang. Sekarang juga ada LSM dan segala macam.

Yang tidak pernah surut adalah semangatnya. Apalagi bila berbicara tentang Jakarta. Dia tak lelah menjelaskan dengan runtut dan detail berbagai program yang dijalankannya selama dua periode menjabat Gubernur Jakarta. Saat menerima tugas sebagai gubemur pada 1966, inflasi mencapai 600 persen. Sarana pendidikan, kesehatan, pasar, dan tempat ibadah jumlahnya tidak mencukupi untuk melayani masyarakat Jakarta. Sedangkan anggaran yang ada hanya Rp 66 juta.

Ali Sadikin, meninggal dunia dalam usia 82 tahun, Selasa 20 Mei 2008 pukul 17.30 WIB di RS Gleneagles, Singapura. Letnan Jenderal TNI KKO-AL (Purn), itu meninggal setelah dirawat selama sebulan di RS tersebut.


Berita Ahok yang tegas dan lantang melawan!

Menanggapi desakan Front Pembela Islam (FPI) agar tegas menertibkan pekerja seks komersil (PSK), sebelum menertibkan pedagang kaki lima (PKL) Pasar Tanah Abang. Wakil Gubernur DKI Basuki Tjahaja Purnama meminta FPI untuk tidak menjual agama untuk kepentingan tertentu.

“Enggak usah munafik lah. Yang namanya jual-jual agama kalau dapat setoran enggak usah munafik, oknum-oknum semua enggak jelas. Jakarta ini enggak usah jualan-jualan begitu lah,” kata pria yang akrab disapa Ahok di Balaikota DKI Jakarta Senin (29/7/2013).

Atas pernyataan Ahok tersebut, Habib Novel Bamu’min mengatakan, sebagai pemimpin Ahok tidak pantas mengucapkan kalimat seperti itu. Sebab, apa yang disampaikan oleh FPI tidak ada yang salah, dimana FPI meminta Pemprov DKI Jakarta jangan hanya menertibkan PKL saja, namun juga membersihkan area itu dari praktek prostitusi.

“Motif Ahok nuding FPI tampaknya dia ingin kita dibubarkan karena kami keras terhadap kebijakan yang diambil Ahok, karena banyak ditentang itu kebijakannya. Padahal, yang lebih penting diurusin itu pelacur di Bongkaran harus ditertibkan sebersih-bersihnya, bukan malah PKL yang ditertibkan bahkan dilarang-larang,” tegasnya seperti dikutip inilah.com, Selasa (30/7/2013)

Habib Novel mengatakan, FPI bukan tidak suka dengan rencana Pemprov DKI Jakarta membuat kawasan Pasar Tanah Abang lebih tertib. Namun, seharusnya sebagai pemimpin Ahok juga mendengar masukan dari semua pihak dan bukan menuding dengan kalimat-kalimat yang menyinggung.

“Memang imbas dari PKL di pasar Tanah Abang itu macet, semua orang juga dari dulu sudah tahu macet dan kalau arus sana macet ya tidak mungkin dilintasi, karena pasar ya macet,” ujarnya.

Terkait ucapan Ahok yang mengatakan FPI munafik, Habib Novel minta agar Ahok menjaga sikapnya. “Pesan kami, tolong jaga mulut, jaga sikap anda Ahok!” tegas Habib Novel

Sumber : http://info-biografi.blogspot.com/2012/09/biografi-ali-sadikin.html




Artikel Lain :