Penembakan Aipda Patah Saktiyono
Anggota lantas Polres Jakarta Pusat, Aipda Patah Saktiyono, ditembak pada bagian dada kirinya hingga menembus ke depan, Sabtu (27/7) sekitar pukul 04.30 WIB. Saat itu, Aipda Patah hendak berangkat dari rumahnya di Jalan Cirendeu Raya menuju ke Polsek Gambir, Jakarta Pusat.
Korban yang menuju ke tempatnya bertugas menggunakan sepeda motor, ditembak dari belakang oleh dua orang tidak dikenal yang juga mengendarai sepeda motor. Aipda Patah pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Pelaku penembakan hingga saat ini masih terus diselidiki. Beberapa kemungkinan pun muncul terkait pelaku, salah satunya diduga pelaku adalah teroris.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto menuturkan tim khusus yang dibentuk Polda Metro Jaya, Polres Metro Jakarta Selatan dan Densus 88 hingga saat ini masih mendalami dugaan itu.
"Beberapa kemungkinan bisa saja menjadi motif dari pelaku, seperti ada kaitan dengan terorisme, kecelakaan lalu lintas atau siapa-siapa saja yang sebelumnya pernah kenal dengan korban terkait tugasnya," ujar Rikwanto di Mapolres Jakarta Selatan, Senin (29/7).
Penembakan polisi Aiptu Dwiyatna di ciputat
Peristiwa penembakan Aiptu Dwiyatna, anggota Satuan Binmas Polsek Metro Cilandak, mengundang perhatian mendalam dari Kapolri Jenderal Timur Pradopo. Timur langsung mendatangi tempat kejadian perkara (TKP) penembakan Aiptu Dwiyatna (50) di kawasan Ciputat, Tangerang Selatan.
Kapolri datang didampingi seorang ajudannya. Dia masih menggunakan pakaian olahraga pada pukul 07.00 WIB. Timur enggan menjawab wartawan saat ditanya kejadian penembakan anggota Polri tersebut.
"Nanti ditanya saja saja ke Kabid Humas Polda Metro," katanya di TKP.
Sekitar setengah jam di TKP, Timur mengunjungi korban di Rumah Sakit Sari Asih sebelum jasad korban dibawa ke RS Polri Kramat Jati, Jakarta Timur, untuk diautopsi.
Sebelumnya diberitakan, Aiptu Dwiyatna (50), anggota Satuan Pembinaan Masyarakat Polsek Metro Cilandak tewas ditembak orang tak dikenal, Rabu (7/8/2013) pukul 05.00 WIB. Sebelum nahas merenggutnya, dia sedang mengendarai sepeda motor Suzuki Smash 2643-31 VII.
Menurut Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Rikwanto, korban ditembak pada bagian kepala. "Penembakan dilakukan dari jarak dekat," kata Rikwanto di TKP.
Dia mengungkapkan bahwa Dwiyatna akan menuju Lebak Bulus untuk memberikan ceramah subuh. Namun, di tengah jalan korban dipepet dua orang tak dikenal yang mengendarai sepeda motor dari sebelah kanan. "Korban ditembak satu kali," ujar Rikwanto.
Korban dilarikan ke RS Sari Asih Ciputat oleh pengendara sepeda motor lain. Kepolisian menduga penembakan Aiptu Dwiyatna masih berhubungan dengan kasus penembakan terhadap polisi lalu lintas Polres Metro Jakarta Pusat, Aipda Patah Saktiyono (53), juga di kawasan Ciputat juga pada 27 Juli lalu.
Penembakan polisi pondok aren
Penembakan terhadap anggota kepolisian kembali terjadi. Kali ini, pelaku beraksi di Jalan Graha Bintaro, Kelurahan Parigi Baru, Kecamatan Pondok Aren, Jumat (16/8/2013).
Peristiwa itu bermula ketika anggota Binmas Pondok Kacang, Aipda Kus Hendratma, hendak menuju Polsek Pondok Aren untuk mengikuti apel persiapan operasi cipta kondisi pada pukul 21.30.
Dalam perjalanannya, Kus, yang mengendarai sepeda motor, dipepet dua orang yang mengendarai motor Yamaha Mio berwarna hitam. Saat itu, Kus ditembak pada bagian belakang kepala. Kus langsung terjatuh dan tewas di tempat, dekat Masjid Bani Umar, Pondok Aren.
Saat itu, ternyata ada tim buser yang hendak melintas menggunakan mobil Toyota Avanza. Melihat kejadian itu, tim buser yang berjumlah empat orang langsung mengejar dan menabrak motor tersebut.
Namun, pengemudi mobil itu, anggota Polsek Pondok Aren, Bripda Ahmad Maulana, kehilangan kendali kendaraan. Mobil itu terguling hingga ke tanggul Jalan Graha Raya Bintaro. Mobil berwarna hitam itu menghantam pohon.
Tim buser pun berusaha ke luar dari mobil yang terbalik. Namun, pelaku kemudian menghampiri dan langsung menembak Maulana yang saat itu akan ke luar dari mobil.
Tiga orang dalam mobil berhasil selamat dan tidak mengalami luka parah. Mereka juga sempat berusaha melumpuhkan pelaku. Baku tembak pun terjadi sekitar hampir 15 menit.
"Indikasi yang nodong itu satu orang tangannya berdarah. Apakah karena dia jatuh (dari motor) atau tertembak. Itu belum tahu," ujar Wakapolri Komjen Oegroseno di Polsek Pondok Aren, Sabtu (17/8/2013).
Pelaku langsung meninggalkan motor Mio di lokasi dan kabur dengan motor milik satpam yang saat itu sedang melintas. Satpam sempat ditodong senjata oleh pelaku.
"Saksi dari masyarakat melihat pelaku ada yang terluka dan ada yang memegang pistol," kata Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Ronny Franky Sompie saat dihubungi.
Sekitar pukul 22.30, kepolisian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) dan memasang garis polisi. Warga pun langsung mengerumuni lokasi kejadian yang berada sekitar 100 meter dari Polsek Pondok Aren.
Kedua korban, Aipda Kus Hendratma dan Bripda Ahmad Maulana dilarikan ke RS Premier Bintaro sebelum dibawa ke RS Polri, Jakarta Timur, untuk diotopsi.
Polisi juga mengerahkan dua anjing pelacak untuk mencari jejak pelaku. Satu anjing pelacak bernama Scott menemukan bercak darah pada daun yang diduga darah pelaku. Bercak itu berada di dekat tembok setinggi sekitar 2 meter.
Belum dapat dipastikan apakah pelaku sama dengan penembakan polisi di Ciputat dan Cirendeu, Tangerang Selatan, yang terjadi beberapa waktu lalu. Sampai saat ini, pelaku masih diburu dengan fokus pencarian di Tangerang, Depok, hingga Bogor.
"Belum tertangkap pelakunya. Terjadi baku tembak, tapi bisa melarikan diri dengan motor satpam yang dirampas," terang Kepala Badan Reserse Kriminal Polri Komjen Sutarman.
Pengamat Kepolisian, Bambang Widodo Umar menilai aksi-aksi penembakan terhadap anggota Polri bukanlah dilakukan oleh perorangan, melainkan aksi dari suatu kelompok tertentu.
Hal ini dilihat dari peristiwa penembakan yang dianggap sebagai dendam dari sebuah organisasi terhadap institusi Polri. "Pelakunya bukan perorangan, tapi kelompok tertentu yang kemungkinan memiliki dendam," ujarnya kepada INILAH.COM, Senin (19/8/2013).
Jika dilihat dari beberapa kasus penembakan polisi yang terjadi, terdapat sejumlah kesamaan mulai dari modus pelaku saat melakukan aksi penembakan yakni mengintai target dan mengeksekusi dari jarak cukup dekat secara tiba-tiba.
Menurutnya, jika selama ini polisi memandang pelaku tindak kriminal sebagai musuh, harus segera diubah. Karena polisi harus memandang sebagai kriminal. Berbeda dengan militer, yang memang harus memandang sebagai musuh karena dilatih untuk bertempur atau berperang. "Jadi polisi beda dengan militer," tandasnya.
Meski ada beberapa yang harus dilakukan secara tegas kepada pelaku tindak kriminal, namun, lanjutnya, si pelaku tetap harus dipandang sebagai manusia. Sehingga tidak menimbulkan antipati terhadap institusi Polri.
"Karena itu polisi harus introspeksi kenapa banyak yang memusuhi. Apakah dari perilaku yang berlebihan apalagi melampaui rasa kemanusiaan," tambahnya