Polisi mengungkapkan kata-kata kasar yang diunggah Facebook dengan nama Franceisca Yofie (https://www.facebook.com/franceisca.yofie.1?fref=ts). Kata-kata kasar itu ternyata ditujukan kepada Kompol Albertus Eko Budi, anggota Polda Jawa Barat yang pernah menjadi kekasihnya.
"Berdasarkan pemeriksaan terhadap Kompol AEB, dia mengakui kata-kata itu ditujukan kepadanya," kata Kepala Bidang Humas Polda Jawa Barat, Kombes Martinus Sitompul, saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (154/8/2013).
Dalam pemeriksaan, Kompol Albertus mengakui pernah mendatangi makam ibu kandung Sisca Yofie, Tan Hay Kim, yang meninggal pada April 2013. Namun, Sisca tak menghendaki Kompol Albertus mendatangi makam ibunya itu.
"Kehadiran Kompol AEB memicu kemarahan almarhum," ujarnya.
Namun, dalam akun Franceisca Yofie, terdapat sejumlah foto yang menggambarkan dendam.
Pada 30 April 2013, pukul 13.29, Sisca mengunggah foto bertuliskan: "Kurang Ajar! Selagi hidupnyapun pernah mengusirmu dan tidak mau melihatmu! Bahkan 2 Minggu sebelum kepulangannya mencurahkan rasa sakit hatinya padamu dan berpesan untuk tidak didatangi makamnya oleh bangsat seperti kau!!! Sekarang lancar berani-beraninya menghadap ke makamnya!! A****G Biadab!!!"
Satu hari sebelumnya, Sisca juga mengunggah gambar bertuliskan: "Di hari ke 7 kepulangan ibuku menghadap yang maha kuasa, si a****g biadab datang menabur bunga di makam ibuku yang pernah diseretnya ke kantor polisi!!!!! Tradisi etnis kami, tak seorang pun diperkenankan menghadap atau menabur bunga ke makam orang tsb bila orang itu pernah menaruh luka sakit dihatinya! Karena akan mengeluarkan bau bangkai dirumah, dan akan mendatangkan petaka pada yang ditinggalkannya. Pantas bau bangkai dirumah tercium menyengat! Dendamku tak akan aku hapus sampai ke liang lahatku!!!"
Sutarno menjelaskan, baik Sisca dan A sering saling mengirimkan surat. Sutarno pun membeberkan isi surat-surat itu. "Dalam surat yang ditulis almarhumah banyak isinya curhat dia saat berhubungan dengan yang bersangkutan," ujarnya.
Dalam surat-surat itu, Sisca juga pernah berkeluh kesah merasa diperlakukan tak baik oleh A. "Ada kata-kata almarhumah marah kepada oknum itu. Dan almarhumah ingin menjauh dari oknum itu, tapi oknum itu terus mengejarnya," ujar Sutarno.
Selain itu, sambungnya, juga ditemukan surat yang berisi tentang curhat Sisca yang merasa gerak-geriknya terus diawasi oleh A. "Bahkan pernah almarhumah berurusan dengan polisi gara-gara oknum itu. Almarhumah merasa dipermalukan oknum itu," ungkapnya.
Meski demikian, Sutarno menegaskan, pihaknya tidak menemukan kaitan antara kematian Sisca dan hubungan dengan perwira menengah Polda Jawa Barat itu. "Sudah dilakukan pemeriksaan di Propam Polda Jawa Barat dan kami menemukan tak ada keterkaitan dengan pembunuhan itu."
Polisi sudah menetapkan 6 tersangka dalam kasus ini. 2 Tersangka yakni Ade dan Wawan diduga sebagai pelaku pembunuhan. Selain itu ada 4 tersangka lain yang diduga sebagai pencuri dan penadah barang milik Sisca.