Senin, 12 Agustus 2013

Produk kondom saat ini makin banyak diproduksi. Tingginya permintaan terhadap alat kontrasepsi ini menjadi pasar yang menggiurkan bagi para pelaku bisnis.

Negara pun tidak ingin kalah ambil bagian dalam meraup untung di bisnis ini. Melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yakni Rajawali Nusantara Indonesia (RNI), Indonesia ingin produk anak negeri dapat berjaya di dalam maupun luar negeri.

RNI saat ini memiliki dua produk kondom yakni Meong dan Artika. Merek Meong memiliki produk dengan desain bergerigi.

Direktur Utama RNI Ismed Hasan Putro mengatakan produk desain bergerigi paling banyak diminati di pasar internasional. Produk kondom bergerigi ini paling banyak diminati di daerah Timur Tengah.

Kenapa harus bergerigi? Desain gerigi pada kondom dipercaya dapat membantu pasangan mendapatkan puncak kenikmatan dalam hubungan intim lebih maksimal. Pasalnya, kondom ini dipercaya memberi sensasi tertentu pada wanita.

"Kelebihan produk kami di pasar ekspor adalah kondom bergerigi," ujarnya saat ditemui di gedung Kementerian BUMN.

Anak usaha RNI yakni Mitra Rajawali Banjaran (MRB) menjadi produsen kondom ini dengan produksi mencapai sekitar 900.000 gross per tahun. Total ekspor kondom bergerigi sekitar 200 ribu gross setiap tahun.

Agar semakin diminati, RNI tidak berhenti berinovasi pada produk kondom ini. MRB saat ini tengah menjajaki kerjasama dengan PT Batan Teknologi (Batan Tekno) dalam penggunaan radioisotop untuk sterilisasi kondom.

Kerjasama ini ditargetkan dapat terwujud pada Desember mendatang. Radioisotop adalah salah satu hasil produk pengayaan uranium Batan Tekno yang juga bisa digunakan untuk mengawetkan kondom.

Kondom yang telah diproduksi melalui radioisotop akan lebih steril dan tahan lama. Selama ini, kondom buatan RNI hanya bertahan 5 tahun dan setelah pakai radioisotop ini kondom tersebut akan bertahan selama 10 tahun.

"Kita sudah diakui oleh pasar Internasional. Dengan steril ini kita akan menguasai pasar Jepang dan China," tuturnya.

Tak hanya ekspor, RNI juga memproduksi untuk memenuhi kebutuhan domestik. Pesanan kondom domestik datang dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebanyak 450 ribu gross per tahun. Sementara, permintaan penjualan ritel hanya 50 ribu buah per tahun.

Ismed mengungkapkan penjualan kondom akan melonjak saat memasuki cuaca pancaroba dengan tingkat kedinginan yang luar biasa. Dia mematok target penjualan naik 5 persen usai Lebaran ini.

Target tersebut optimis tercapai mengingat kondom sudah menjadi kebutuhan masyarakat Indonesia. "Karena itu kondom sebagai penghangat sangat dibutuhkan masyarakat," tutup Ismed. Dikombinasikan dengan gaya bercinta yang baik.




Artikel Lain :