Jumat, 09 Agustus 2013

Ada yang beda saat memasuki daerah tabanan sekarang ini. Tepatnya patung di kediri tabanan sudah dibongkar. Patung yang dimaksud adalah pada perempatan Kediri menuju jalan By Pass Ir. Soekarno yang dulu bernama By Pass Kediri, Pesiapan.

Hilang mungkin bukanlah kata yang tepat. Mengapa? Sebab bukan hilang tetapi patung Wisnu Murthi akan diganti dengan patung baru. Patung lama (Wisnu Murthi) sudah dileburkan/dihancurkan dengan alasan susah & sangat berat untuk dipindahkan.

Ada hal menarik di sini, di mana setiap perempatan, umat Hindu selalu maturan upakara agar mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan (kecelakaan lalu lintas, dll). Umat Hindu menyakini bahwa di perempatan jalan yang merupakan pertemuan arah berbagai penjuru pastilah memiliki vibrasi atau energi getaran cukup tinggi. Karena itu bila menyaksikan upacara baik itu ngaben, maupun tradisi ogoh-ogoh selalu memutar arah perempatan dengan energi gerak sangat besar.

Bila melihat kondisi patung yang sebelumnya dihancurkan, yaitu Patung Wisnu Murthi dengan menghadap ke empat penjuru (utara, timur, selatan, barat) merupakan patung yang menciri khas spirit Hindu, dalam manifestasi menjaga atau memelihara.

Banyak aspek positif keberadaan Patung Wisnu Murthi ini di perempatan Kediri. Di antaranya berciri khas Pulau Dewata Bali, setiap memasuki jalan dari Jawa menuju Denpasar melewati patung ini sangat terasa berada di Pulau Bali, Wisnu Murthi memiliki makna yang dalam dalam aspek Hindu, setiap hari perayaan (ogoh-ogoh, ngaben, dll) masyarakat mengitari perempatan tersebut sehingga menjadi spot fotografi yang sangat disukai oleh masyarakat.

Selain itu, patung ini menatap empat penjuru jalan, dan menjaga dari kaje, kangin, kauh, kelod. Patung tersebut juga berciri khas Hindu yang masih berada di jalur jalan provinsi Jawa – Bali – NTB – NTT, selain patung Hanoman di Badung dan Sri Rama (Sempidi). Bila di Denpasar, patung-patung yang ada sudah hampir semuanya patung pahlawan.

Oleh karena itu, sangat disayangkan sekali pembongkaran patung Wisnu Murthi. Apalagi patung tersebut beberapa bulan lalu baru saja dicat dan dibersihkan oleh Pemkab Tabanan sendiri dan menjadi ciri khas Pulau DEWATA Bali, yaitu Dewa Wisnu sebagai Pemelihara.

Beberapa media lokal menyampaikan Patung Wisnu Murthi tersebut akan digantikan oleh Patung Sang Proklamator. Tujuannya agar sesuai dengan nama jalan by pass yang sudah resmi berubah sejak 18 Juni 2012 lalu.

Memberi nama sama halnya dengan saat kelahiran anak, pastilah memiliki makna, dan bila salah serta belum matur piuning (doa restu dari alam) maka perubahan nama akan membawa dampak yang tidak diinginkan. Sebagai contoh setelah nama jalan berubah, kecelakaan lalu lintas makin meningkat di jalur By Pass. Kemungkinan saja banyak yang ngebut atau mengantuk. Namun, hal ini diperkuat lagi dengan berita kejadian longsornya Jalan By Pass secara tiba-tiba di Tabanan pada 23 Desember 2012 pukul 16.04 WITA silam.

Ada apa gerangan?? Mungkinkah sudah matur piuning? Ataukah alam sedang menunjukkan gejolaknya terhadap perubahan nama jalan tersebut yang kurang sesuai?

Namun patung sudah dibuat dan akan diresmikan 17 Agustus 2013 nanti.

Menurut salah satu media lokal di Bali, Patung Bung Karno ini dibuat dan disumbangkan gratis oleh pematung terkenal Nyoman Nuarta. Namun, untuk alas patung dan penataannya tersebut Pemkab Tabanan mengeluarkan biaya di atas Rp 300 juta.

Ironisnya, skala prioritas di Tabanan sendiri dari hasil pemantauan warga yang tinggal di Kabupaten Tabanan, masih terdapat banyak jalan rusak atau berlubang di pedesaan. Banyak pula gedung SD yang perlu segera dibenahi. Jalan desa yang rusak inilah setiap hari menjadi urat nadi perekonomian di Tabanan untuk membawa produksi panennya ke kota. Ini menandakan pemerintah Tabanan lebih mengutamakan pencitraan keluar sebagai kabupaten yang nasionalis daripada mensejahterakan rakyatnya sendiri. Pemkab Tabanan : Bongkar Patung, Yes! Perbaiki Jalan, No!




Artikel Lain :