Minggu, 02 Juni 2013

Sebelumnnya sudah saya jelaskan pedoman cara membuat skripsi. sekarang berikut adalah contoh Paper Psikolinguistik pemerolehan bahasa dari media.


BAB I
PENDAHULUAN

A.LatarBelakang

Hartley, psikolinguistik membahas hubungan bahasa dengan otak dalam memproses dan mengkomunikasikan ujaran dalam akuisasi bahasa. Hal yang penting adalah bagaimana memproses dan menghasilkan ujaran, dan bagaimana akuisasi bahasa itu berlangsung. Paikolinguistik merupakan salah satu cabang linguistik yang kompleks, perkembangannya cepat karena membuka diri dalam temuan disiplin ilmu lain sebagai alat bantu untuk menginterpresentasikan masalah pemerolehan bahasa serta komprehensi dan produksi bahasa berkaitan dengan otak manusia.

Bahasa memiliki peran utama sebagai alat komunikasi dan pengungkap isi pikiran. Bahasa sudah dimiliki manusia sejak lahir, kompetensi bahasa sudah ada pada mental atau pikiran manusia hanya saja kompetensi tersebut terlebih dahulu melalui tahapan-tahapan seperti baby talk, pemerolehan bahasa pada anak dan pembelajaran bahasa pada anak dan orang dewasa.

Anak adalah periode perkembangan yang merentang dari masa bayi hingga usia lima atau enam tahun, yang disebut dengan periode prasekolah. Seiring dengan perkembangan anak dimana periode ini menjadi periode sekolah dimana anak-anak mulai memperoleh pengajaran bahasa melalui guru, yang pada umumnya didapat di sekolah dasar berbeda dengan sebelumnya pada periode prasekolah anak-anak memperoleh bahasa sekadarnya saja, bahasa yang masih sederhana dalam mengungkapkan keinginan si anak. Misalnya mengajarkan anak untuk mengucapkan kata pipis ketika ia ingin buang air kecil.

Pada usia dini, anak mampu menyerap berbagai hal baru dengan cepat. Tidak hanya perkembangan kognitif saja untuk kecerdasan otaknya yang harus diperhatikan. Perlu disadari bahwa anak berkembang dengan menirukan apa yang ada disekitarnya baik itu melalui orang tua maupun media, oleh karena itu usia dini sangat efektif untuk mengajarkan bahasa pada anak.

Dalam teori Chomsky dikatakan, deskripsi mengenai sesuatu yang begitu kompleks seperti kelakuan bahasa manusia tidak mungkin hanya berupa deskripsi stimuli luar, tetapi deskripsi tersebut haruslah pertama-tama merupakan deskripsi mengenai kemampuan lahiriah manusia untuk belajar suatu bahasa. Sumber data akan diperoleh melalui pengamatan terhadap reaksi anak setelah mendapat stimuli dari media.

B. RumusanMasalah
  1. Bagaimanakah peran media terhadap perkembangan bahasa pada anak?
  2. Bagaimanakah dampaknya jika anak terlalu sering memperoleh bahasa dari media tanpa adanya pengawasan dari orang tua?
C. Tujuan
  1. Mengetahui seberapa jauh media berperan dalam mempengaruhi perkembangan bahasa pada anak.
  2. Mengetahui dampak yang mempengaruhi bahasa anak yang diperoleh melalui media tanpa adanya pengawasan dari orang tua.








BAB II
PEMBAHASAN

A.Peran Media Terhadap Perkembangan Bahasa Anak

Pembelajaran aktif lebih baik dari pada pembelajaran pasif. Anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun belajar dengan baik melalui penemuan dan pengalaman langsung, bukan dengan menonton televisi. Untuk meningkatkan kosakata dan pengetahuan struktur kalimat seorang anak, membuatnya mendengar berbagai kisah dongeng yang dibacakan oleh orang dewasa atau anak yang lebih tua merupakan hal yang jauh lebih baik daripada membiarkan anak menonton televisi. Berbicara dengan orang tua maupun orang dewasa lainnya merupakan salah satu cara efektif bagi seorang anak untuk meningkatkan kosakata dan membantu perkembangan berbahasanya secara keseluruhan.

Banyak anak yang lebih muda secara pasif berpartisipasi ketika mereka menonton televisi. Partisipasi ini biasanya terjadi ketika orang dewasa menonton televise bersama mereka. Ketika anak-anak mempunyai teman menonton, terkadang mereka meminta perhatian pada obyek di dalam layer televisi. Beberapa anak melontarkan berbagai pertanyaan atau mengulangi apa yang mereka dengarkan. Beberapa anak usia prasekolah seringkali tertawa pada saat yang sesuai selama suatu pertunjukkan dan mengulangi berbagai dialog. Keaktifan menonton televise dengan orang dewasa sepertiini dapat membantu pembelajaran karena hal tersebut membantu merangsang berbagai keadaan perhatian bersama.

Membatasi anak menonton televise adalah hal yang sangat sulit dilakukan, makin sering kita membiarkan mereka terikat di depan layer televisi, makin terikat mereka pada benda tersebut dan bergantung pada kita untuk menemukan kegiatan lain bagi mereka setelah mereka selesai menonton televisi. Anak-anak mungkin akan menganggap televise sebagai sumber kesenangan yang mudah dan menarik lebih memuaskan dibandingkan dengan membaca. Untuk anak yang sudah sekolah akan membuat mereka menjadi malas belajar.
Walaupun televise membantu anak dalam beberapa perkembangan bahasa, tidak ada yang menunjukkan bahwa televise dapat memberikan bantuan besar seperti halnya interaksi dan membaca buku oleh orang dewasa.

B.DampakPemerolehanBahasaAnakMelalui Media

Pengaruh media terhadap anak makin besar, teknologi semakin canggih dan jumlahnya semakin tinggi, sedangkan orang tua tidak punya waktu yang cukup banyak untuk memperhatikan, mendampingi dan mengawasi anak. Pola anak dalam mengkonsumsi media memang dapat mempengaruhi anak. Sulit memisahkan anak-anak dari media. Sehari-hari mereka menonton TV, menonton VCD/DVD, bermain video game, menggunakan internet, membaca komik, memakai hand phone, sehingga tidak dipungkiri media membawa pengaruh negative terhadap anak yang berinteraksi dengan media tanpa adanya pengawasan dari orang tua.

Seperti yang kita ketahui saat ini anak usia 8 tahun saja sudah menggunakan hand phone pandai membuka-buka situs diinternet jika mereka salah dalam menggunakannya tentu akan menjadikan mereka terjerumus. Seperti penculikan anak, pelecehan seks dibawah umur dan tentunya membuat mereka malas belajar.

Akibat terlalu seringnya menonton TV seorang anak bahkan sampai meniru berkata-kata kasar seperti apa yang ia lihat dan dengarkan di media tersebut, Bahkan ada anak yang bicaranya cadel dan tergagap-gagap, ternyata anak tersebut meniru karakter dalam sinetron “Si Yoyo”. Sinetron tersebut menampilkan sosok pemuda lugu, yang memiliki perilaku dan pola pikir seperti anak kecil. Terbukti bahwa sinetron tersebut telah menjadi “sihir” bagi anak-anak, sehingga banyak yang meniru karakter si Yoyo. Ada anak yang ngambek pulang sekolah dan mengatakan ibunya jahat, ketika ia tidak disediakan makanan yang diinginkan seperti yang sering dilihatnya dalam sinetron.

Hal ini tentu merusak perkembngan mental dan cara berfikir anak. Anak menjadi mudah menirukan kata-kata yang harusnya tidak diucapkan oleh seorang anak, Ada juga yang memplesetkan kata-kata menjadi kata-kata yang tabu dan diucapkan pada orang yang lebih dewasa. Pemerolehan bahasa bagi anak melalui media memang mengkhawatirkan apabila tanpa adanya pengawasan dari orang tua.


BAB III
PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari pemaparan diatas menyebutkan bahwa media yang mengepung anak kondisinya mengkhawatirkan, dalam arti muatannya banyak yang tidak sehat dan tidak aman bagi anak. Kalau dimisalkan media dengan isi yang tidak mendidik seperti virus, mengenalkan media pada anak sangat penting untuk membantu perkembngan otaknya, namun dalam mengenalkan media tersebut pada anak perlu dipilah mana yang layak dikonsumsi oleh anak dan mana yang tidak baik untuk perkembangan bahasa anak tentunya dengan melakukan pengawasan terhadap anak pada periode pemerolehan bahasa prasekolah maupun pada anak yang ada pada periode sekolah dasar.









DAFTAR PUSTAKA

W. Dharmowijono, Widjayanti dan Suparwa, I Nyoman. 2009. Psikolinguistik Teori Kemampuan Berbahasa dan Pemerolehan Bahasa Anak. Denpasar : Udayana University Press.




Artikel Lain :