Jumlah penduduk Indonesia yang berwirausaha saat ini baru mencapai angka 0,18 persen dari jumlah 2,38 juta penduduk Indonesia hal ini berdasarkan data yang tercatat oleh Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Idealnya, supaya Indonesia bisa berdaya saing tinggi dibutuhkan paling sedikit 2 persen dari 238 juta orang penduduk Indonesia atau sekitar 4,76 juta orang wirausaha baru dengan beragam profresi dan keahlian
Maka dari hal itu peran Mahasiswa lulusan S1 dari berbagai bidang sangat diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja. Dalam menciptakan lapangan kerja bisa sambil jadi karyawan di perusahaan orang lain dulu untuk mematangkan mental dan kemampuan dalam menjalankan roda bisnisnya atau langsung terjun ke dunia wirausaha tanpa sambil bekerja di perusahaan orang lain.
Padahal kita masih menyadari sampai saat ini masih sangat minim Perguruan Tinggi yang membekali Mahasiswanya ilmu dan skill kewirausahaan. Sehingga tidak jarang lulusan S1 banyak yang takut langsung terjun ke dunia wirausaha mengingat mental yang belum matang, terlalu banyak pertimbangan, terlalau lama menganalisa, dan tidak memiliki kemampuan cara mengetahui peluang usaha disekitar kita.
Lalu dimanakah anda akan menemukan peluang usaha tersebut. Permasalahan ini dapat kita mulai dengan memperhatikan lingkungan dan kondisi di sekitar kita. karena biasanya peluang usaha itu ada di sekitar kita. Namun sayangnya, kebanyakan orang yang berusaha mencari sebuah peluang usaha baru, selalu berpikir terlalu muluk-muluk dan berorientasi terlalu jauh pada ekspektasi mereka akan sebuah peluang usaha. Padahal peluang usaha yang menjanjikan itu, selalu berasal dari sebuah pemikiran sederhana dengan pengelolalan yang cemerlang. Dan bahkan ide- ide peluang usaha tersebut kadang bukanlah sesuatu yang terpikirkan oleh orang lain sebagai sebuah peluang menguntungkan.
Berikut pemaparan Peter Drucker yang dapat kita jadikan sebagai acuan cara mengetahui peluang usaha disekitar kita :
Ketidakselarasan
Dalam berwirausaha banyak sekali situasi yang menunjukkan ketidakselarasan. Lima tahun yang lalu, yang dapat naik pesawat terbang adalah mereka kelas atas saja. Setelah dilakukan deregulasi, dimana perusahaan swasta dapat mengembangkan perusahaan jasa penerbangan, maka bermuncullanlah berbagai maskapai penerbangan. Lantas dimana peluangnya? Yang pertama ialah wilayah Indonesia sangat luas dan terdiri dari kepulauan, maka bisnis di bidang perhubungan udara sangat prospek untuk dilakukan. Persoalannya adalah bagaimana masyarakat dapat menikmati layanan pesawat terbang dengan harga yang terjangkau? Maka muncullah maskapai penerbangan yang lebih berorientasi pada kebutuhan dalam memberikan layanan dan bukan berorientasi kenikmatan, sehingga berbagai fasilitas dipangkas demi efisiensi, seperti tidak disediakan makan, di bandara Soekarno Hatta tidak perlu menyewa ‘garba’ tetapi cukup jalan kaki atau naik bus. Dan masih banyak lagi pemangkasan lainnya.
Yang tidak terduga
Banyak hal yang merupakan sumber peluang yang tidak terduga. Satu contoh positif, bahwa yang tidak terduga akan membawa peluang usaha atau mungkin berinovasi ketika seseorang melakukan pelatihan SDM pada sebuah perkebunan. Salah satu jenis komoditinya adalah kopi. Berdasarkan cerita dari karyawan yang ikut pelatihan tersebut dikatakan bahwa komoditi kopi selama ini terus merugi, kecuali satu hal yaitu ketika terjadi krisis moneter dimana rupiah terdepresiasi. Krisis menoter bagi sebagian pihak merupakan petaka namun hal ini justru menjadi yang tak terduga dalam meraih keuntungan. Tetapi baru sebatas meraup keuntungan dan belum dalam masuk dalam taraf berinovasi.
Inovasi berdasarkan kebutuhan proses
Inovasi di sini menyempurnakan proses yang sudah ada, menggantikan satu mata rantai proses yang lemah, atau merancang kembali proses yang lama yang sudah ada. Layanan satu atap yang dipelopori oleh pemerintah daerah Kabupaten Sidoarjo dan disusul oleh Pemkab Sragen adalah contoh pemangkasan waktu untuk memperoleh ijin usaha di dua wilayah tersebut. Kecepatan dalam memberikan ijin ini berkorelasi positif dengan jumlah investor yang menanamkan modalnya. Dalam hal ini proses yang dirasakan tidak perlu dipangkas atau dengan kata lain disederhanakan.
Perubahan persepsi, mood, dan makna
Perubahan persepsi merupakan sumber peluang inovasi. Dengan meningkatnya sebagian daya beli masyarakat maka persoalan makan bukan hanya sekedar memenuhi kebutuhan dasar saja. Masyarakat membutuhkan suasana nyaman. Oleh karena itu, di beberapa wilayah tumbuh rumah makan berkelas internasional atau menggunakan konsep alami dengan harga yang cukup mahal.
Demikian juga dengan konsep kecantikan bagi wanita. Menurut persepsi wanita, wanita yang cantik adalah yang berkulit putih. Hal ini ditangkap oleh berbagai rumah kecantikan dengan memberikan layanan memutihkan wajah.
Perubahan struktur industry atau struktur pasar
Oleh karena waktu menjadi sangat berharga, maka konsep one stop service menjadi strategi bisnis yang banyak dilakukan oleh pelaku pasar. Sekarang ini, jasa dokter tergabung dalam layanan kesehatan yang lain yaitu laboratorium medik dan apotik, sehingga dalam satu waktu pasien mendapatkan serangkaian dari layanan kesehatan.
Demikian juga dengan konsep mall atau plaza yang menyediakan ruang-ruang untuk seluruh kebutuhan manusia dari supermarket, peralatan elektronik, sampai dengan layanan kebugaran, hiburan dan kesehatan.
Perubahan demografi
Perubahan demografi didefinisikan sebagai perubahan penduduk dalam jumlah, struktur umur, komposisi, jenis pekerjaan, status penghasilan, dan status pendidikan merupakan sumber peluang yang paling mudah diramalkan.
Masyarakat Yogyakarta dikenal mempunyai angka harapan hidup yang paling tinggi di atas rata-rata nasional. Dengan demikian manula di tahun-tahun yang akan datang di Yogyakarta jumlahnya akan semakin meningkat. Kebutuhan khusus untuk manula seperti layanan kesehatan menjadi sumber peluang inovasi. Dan kebutuhan tempat tinggal pun bisa jadi peluang bagi pelaku developer property, tidak kalah juga hal ini bisa jadi peluang bagi pelaku kuliner mengingat di Yogyakarta banyak pendatangnya.
Pengetahuan yang baru
Beberapa perusahaan dengan devisi penelitian dan pengembangan, secara terus menerus mengembangkan produk dan layanan yang baru. Pengembangan berdasarkan riset ini membutuhkan waktu lama dan biaya yang besar. Nah peluang yang bisa diambil salah satunya ialah perusahaan yang bergerak khusus dalam jasa riset pasar. Hasil dari riset pasar dapat dijual kepada perusahaan-perusahaan yang membutuhkannya.