Sabtu, 27 Juli 2013

Kepercayaan masyarakat terhadap elit politik menurun sebesar 17 persen sejak tahun 2005 sampai tahun ini, hal tersebut berdasarkan hasil survei Lembaga Survei Indonesia (LSI).

Pengamat Politik Arya Fernandes mengatakan sosok Jokowi mampu mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap elit politik, artinya Jokowi tidak Nyapres, artinya "Golput" Menang di Pemilu 2014.

"Golput dapat dibendung oleh figur baru capres yang kuat, itu akan bisa mengobati tingkat ketidakpercayaan publik," kata Arya Minggu (7/7/2013).

Dia menambahkan Jokowi memang menjadi magnet yang kuat untuk terlibat dalam pemilu lintas partai. akan membendung kemenangan golput di pemilu 2014 mendatang. "Namun keputusan maju tidaknya Jokowi di 2014 ada ditangan Megawati. Kalau Mega legowo, PDI Perjunagan akan dapat berkah luar biasa," ucapnya.

Lebih lanjut Arya memaparkan bahwa tingkat partisipasi dalam pesta demokrasi lima tahunan semakin hari memakin menurun.

"Kalau kita lihat data anggka golput meningkat dari pemilu 1999, 2004 dan 2009 meningkat. Jadi kalau tidak ada figur capres yang kuat, bukan tidak mungkin golput menang," tutupnya.


Sebelumnya LSI menemukan kepercayaan masyarakat terhadap elit politik menurun sebesar 17 persen sejak tahun 2005 sampai tahun ini.

"Sejak 2005, kami sudah melakuakan tiga kali survei. Pada tahun 2005, survei menunjukkan ketidakpercyaan publik terhadap elit politik sebesar 34,6 persen, pada 2009 39,6 persen, dan pada Juli 2013 ini, sebanyak 51,5 persen ketidakpercayaan publik terhadap elit politik," kata peneliti LSI, Rully Akbar dalam konferensi persnya di Gedung LSI, Rawamangun, Jakarta Timur, Minggu (7/7/2013).

Rully menyebutkan, baik masyarakat di desa maupun di kota, baik laki-laki maupun perempuan menunjukkan ketidakpercayaan terhadap komitmen moralitas publik para elit politik.

Rully mencatat, untuk laki-laki tingkat kepercayaan hanya sebesar 35 persen sedangkan yang tidak percaya sebesar 57,5 persen. Sementara untuk perempuan ada 40,9 persen publik yang percaya pada para elit, dan 47 persen yang tidak percaya.




Artikel Lain :