Gebogan atau juga disebut Pajegan adalah suatu bentuk persembahan berupa susunan dan rangkaian buah buahan dan bunga .Umumnya gebogan dibawa ke pura untuk rangkaian upacara panca yadnya
Arti kata gebogan itu sendiri dalam bahasa Bali sebenarnya berarti ''jumlah''. Kenapa sesajen istimewa ini juga dinamakan gebogan? Karena sesajen ini terdiri atas beragam buah aneka warna dan berbagai penganan yang diolah dari hasil bumi
Pajengan atau Gebogan adalah sebuah bentuk persembahan berupa susunan dan rangkaian makanan termasuk juga buah buahan dan bunga bungaan yang dikreasikan oleh umat Hindu Di Bali umumnya gebogan dibawa dan ditempatkan di Pura dalam rangkaian upacara .berbagai macam buah-buahan itu dibentuk sedemikian rupa dimana alat yang dipergunakan bernama Wanci,terbuat dari kayu berbentuk seperti piala namun datar dibagian atas dan bawahnya. Selain buah bagian atas gebogan juga dihias dengan Canang,jajan Bali dan terkadang di beri seekor ayam panggang.
Pajegan atau gebogan biasanya dibikin oleh masyarakat Hindu untuk dihaturkan jika mereka ke Pura atau dibikin untuk memeriahkan berbagai upacara adat yang ada di Bali. Biasanya gebogan diusung oleh para gadis/perempuan menuju ke pura setempat,sehingga menjadi pemandangan yang luar biasa indah.yaitu pawai gadis menggusung gebogan atau pajegan.
Tinggi rendahnya Gebogan /Pajegan tergantung dari keiklasan dan kemampuan dari masing-masing individu membuat Gebogan, karena nilai dari sebuah Gebogan/Pajegan tidaklah diukur dari tinggi atau rendahnya akan tetapi dari keiklasan hati dalam menunjukkan rasa syukur. Dan selebihnya merupakan bentuk pengapresiasian seni.
Jadi tidaklah dibenarkan kalau kita berlomba-lomba membuat Gebogan/Pajegan hanya untuk dipamerkan kepada orang lain apalagi sampai dipaksakan dengan mencari hutang dan akhirnya mengkambing hitamkan agama. Tapi ironisnya sebagian orang masih belum memahami tentang apa makna sebenarnya dari Gebogan atau persembahan itu sendiri.
Bagi umat Hindu Bali, Gebogan merupakan simbol persembahan dan rasa syukur pada Tuhan/Hyang Widhi, karenanya tidak dapat dibuat sembarangan, tetapi diperbolehkan misalnya untuk perlombaan kesenian (tidak memakai sampian dan porosan) tanpa ada makna apapun dari sisi keagamaan.jadi gebogan tersebut di lombakan.
Sedangkan dalam lomba membuat gebogan dari bunga atau dilombakan dengan kreteria komposisi gebogan, kerapian, kesegaran gebogan dan ketepatan waktu serta tinggi gebogan.