Senin, 15 Juli 2013

BBL Ambon sukses membenihkan blue devil, ikan hias yang amat digemari di AS. Bisa menjadi bisnis rumahan yang menguntungkan.

Maluku yang dikenal sebagai provinsi seribu pulau dan 90% wilayahnya berupa lautan menyimpan banyak potensi. Salah satunya ikan hias blue devil (Chrysiptera cyanea) alias betok ambon. Walau namanya cukup ekstrem, iblis biru, ikan ini berpenampilan cantik.

Blue devil betina mempunyai ekor berwarna putih, sedangkan yang jantan berekor merah. Tubuhnya langsing dengan warna biru berbintik putih di bagian atas. Saat terancam, ikan hias ini berubah warna dalam sekejap menjadi biru tua atau biru gelap. Tapi, dalam kondisi aman, ia menampakkan warnanya yang biru kehijauan. Ikan ini mudah dipelihara sehingga digemari pecinta ikan hias.

Betok ambon terbilang ikan tahan banting dan rakus. Ia pun termasuk ikan hias terlaris di Amerika Serikat (AS). Tingginya kegemaran terhadap betok ambon ini berdampak pada permintaan tinggi yang mengancam populasinya di alam. Ukuran jual blue devil sebagai ikan hias akuarium sekitar 5—7 cm, sedangkan harga jual ekspornya US$12—US$17 per ekor.

Selama ini blue devil yang diperdagangkan dan diekspor adalah hasil tangkapan. Tujuan ekspornya meliputi Singapura, China, Hongkong, Malaysia, Jepang, Uni Eropa, Korsel, dan AS. Kesuksesan Balai Budidaya Laut (BBL) Ambon membudidayakan ikan ini jelas mendukung program pelestarian dan dapat meningkatkan ekspornya.

Pemijahan Induk

Tahapan budidayanya adalah domestikasi induk, pemijahan induk, dan pemeliharaan larva. Induk yang digunakan berasal dari hasil tangkapan alam di Desa Liang, Kec. Salahutu, Kab. Maluku Tengah. Induk dipelihara dalam bak beton berukuran 8 ton dengan jantan sebanyak 20 ekor dan betina 80 ekor (1:4). Induk dipelihara dengan sistem sirkulasi dan juga aerasi yang berasal dari blower. Dasar bak diberi pasir dan substrat berupa batu untuk tempat bersarang dan menempelkan telur.

Bak induk juga diisi teripang pasir sebagai pembersih sisa pakan. Induk dijatah pakan pellet komersial sekenyangnya dua kali sehari, pukul 09.00 dan 15.00.

Pemijahan dilangsungkan secara alami. Induk betina yang akan memijah perutnya gendut, sedangkan yang jantan sangat agresif bergerak membuat dan membersihkan sarang. Induk betina mulai bergerak ke arah substrat untuk menempelkan telurnya.

Induk di bak terkontrol tersebut dapat memijah tiap saat dan larvanya bisa dipanen tiap malam. Induk betina menempelkan telurnya pada batu atau shelter berupa potongan pipa paralon, sedangkan induk jantan berperan menjaga dan membersihkan telur.

Pemeliharaan Larva

Telur yang telah terbuahi akan menetas menjadi larva. Penetasan dilakukan dalam bak induk. Setelah telur menetas, yaitu saat matahari terbenam atau hari sudah mulai gelap, larva ini dipindahkan ke bak pemeliharaan larva berukuran 8 ton menggunakan selang ¾ inci.

Pengambilan larva dibantu dengan lampu sorot supaya larva mengumpul. Kalau terlambat dipindahkan, dikhawatirkan siang harinya larva-larva ini akan habis dimakan induknya.

Pakan pertama bagi larva umur sehari adalah chlorella yang diberikan tiap hari selama 20 hari dan dapat diselingi pakan rotifer. Setelah berumur 15 hari, larva dijatah naupli artemia setiap hari. Selain naupli artemia, larva juga dilatih makan pellet MB.

Pada umur 20 hari, larva mulai diberi pakan pellet NRD meski terkadang masih diberikan naupli artemia. Lima hari kemudian, warna badannya mulai berubah dari hitam menjadi biru.

Setelah larva berumur 30–35 hari, terjadi perubahan menjadi benih blue devil dengan ditandai badannya yang dominan berwarna biru. Pada umur inilah benih dipindahkan ke bak pendederan berukuran 8 ton. Di sana benih diberi pakan pellet dan naupli artemia. Penggantian air dapat dilakukan dengan cara penyifonan sampai dasar bak pendederan terlihat bersih, disertai air bersih yang mengalir. Teknik pembenihan blue devil ini pun diharapkan bisa diterapkan masyarakat sehingga memutar roda perekonomian setempat.

Abdul Gani, Akhmad Sururi, dan Ris Dewi N., Balai Budidaya Laut Ambon
Analisis Usaha Budidaya Blue Devil Skala Rumah Tangga dalam Bak Fiber

Uraian Jumlah Harga Satuan (Rp) Total
Biaya Tetap
Bak Pemeliharaan larva dan induk 4 unit 4.000.000 = 16.000.000
Bak Kultur Pakan Alami 1 unit 700.000 = 700.000
Instalasi air laut 1 paket 750.000 = 750.000
Instalasi aerasi, pompa celup 1 paket 1.300.000 = 1.300.000
Peralatan kerja 1 paket 200.000 = 200.000
Penyusutan alat = 1.895.000
Jumlah   = 20.845.000

Biaya Variabel
Induk 60 ekor 5.000 = 300.000
Artemia 1 kaleng 300.000 = 300.000
Pakan Pellet 10 kg 20.000 = 200.000
Listrik 4 bulan 200.000 = 800.000
Gaji pegawai 2 orang @ Rp500.000/orang tiap bulan , 4 bulan = 4.000.000
Jumlah = 5.600.000

Total Biaya 26,445.000

Pendapatan
Hasil penjualan 7.000 ekor Harga Rp 3.000 = 21.000.000

Keuntungan siklus 1 (4 bulanan)
Pendapatan - (Biaya Tetap + Biaya Variabel) (5.445.000)
Keuntungan Siklus ke-2
Pendapatan - Biaya Variabel 15.400.000
Keuntungan Siklus ke-3
Pendapatan - Biaya Variabel 15.400.000
Keuntungan 1 tahun (3 Siklus) 25.355.000

Sumber: Balai Budidaya Laut (BBL) Ambon




Artikel Lain :