Jumat, 12 Juli 2013

Edward Joseph Snowden (lahir 21 Juni 1983)[1] adalah mantan kontraktor teknik Amerika Serikat dan karyawan Central Intelligence Agency (CIA) yang menjadi kontraktor untuk National Security Agency (NSA) sebelum membocorkan informasi program mata-mata rahasia NSA kepada pers.[3][4] Snowden membocorkan informasi rahasia seputar program-progam NSA yang sangat rahasia seperti PRISM kepada The Guardian dan The Washington Post pada Juni 2013. Snowden mengatakan bahwa pembocoran PRISM dan perintah FISA terkait dengan aksi pengambilan data oleh NSA bertujuan mengungkapkan apa yang ia yakini sebagai tindakan berlebihan oleh pemerintah untuk memantau aktivitas warga Amerika Serikat

Pemerintah Amerika Serikat kemarin dikabarkan telah menjatuhkan tuduhan sebagai mata-mata terhadap Edward Snowden, yang telah membocorkan informasi rahasia program pengawasan pemerintah Negeri Adidaya itu, dan meminta Hong Kong, yang saat ini menjadi tempat pelarian Snowden, untuk menahan dia, seperti dilansir surat kabar the Washington Post.

Situs asiaone.com melaporkan, Sabtu (22/6), mengutip sumber dari pejabat pemerintah Amerika, the Washington Post menulis bahwa pengaduan pidana telah diajukan ke pengadilan federal di sebuah distrik di bagian timur Negara Bagian Virginia. Selain itu, sebuah surat perintah penangkapan juga telah dikeluarkan.

Snowden didakwa atas tuduhan spionase atau mata-mata, pencurian, dan dengan semena-mena telah mengambil data pemerintah, yang merupakan tindak pidana penyalahgunaan milik negara. Namun, pejabat tidak disebutkan namanya itu tidak mau terburu-buru mengkonfirmasi laporan yang dibuat the Washington Post.

Snowden, yang bekerja sebagai sub-kontraktor menangani jaringan komputer untuk Badan Keamanan Nasional (NSA), melarikan diri dari Hawaii pada 20 Mei lalu dan terbang ke Hong Kong, sebuah wilayah otonomi China. Di Hong Kong itulah, Snowden kemudian membocorkan rincian rahasia program intelijen Amerika ke media internasional.

Insiden pembocoran rahasian ini telah membuat malu pemerintahan Presiden Amerika Barack Hussein Obama, yang dipaksa untuk membela praktik para agen rahasia Amerika, atas tudingan telah mengumpulkan sejumlah data-data pribadi baik dari data telepon dan Internet di seluruh dunia.

Setelah adanya laporan pengaduan itu, semua mata langsung tertuju ke Hong Kong dan Beijing untuk melihat apakah China akan mematuhi perintah sementara dan menahan Snowden.

Mungkin orang-orang di Indonesia tidak begitu mempedulikan tentang penyadapan internet. Namun, masyarakat di Venezuela disarankan untuk menutup account Facebook mereka agar tidak terus-terusan 'membantu' CIA.

Sejak beberapa dokumen penting dipublikasikan oleh salah seorang karyawan NSA, Edward Snowden, di beberapa negara khususnya Amerika Serikat seperti kebakaran jenggot dan ingin segera menangkap sang penyebar berita rahasia tersebut.

Dalam informasinya, Snowden mengatakan bahwa NSA, CIA dan beberapa badan intelijen Amerika Serikat memata-matai pengguna internet dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh dari beberapa perusahaan besar yang salah satunya adalah Facebook.

Nampaknya, aksi mata-mata yang dilakukan badan intelijen Amerika Serikat ini tidak mendapatkan dukungan dari banyak pihak khususnya pemerintah Venezuela.

Dikutip dari Reuters (11/07), melalui salah satu menterinya, pemerintah Venezuela menyarankan kepada masyarakatnya untuk menutup segera account Facebook mereka.

"Tutup account Facebook Anda segera atau Anda sama saja membantu tugas CIA tanpa mendapatkan bayaran," tulis Iris Varela, Prisons Minister Venezuela ini.

Bahkan, Varela mengatakan bahwa siapa saja berhak menuntut pemerintah Amerika Serikat dan badan intelijennya serta meminta kompensasi atas penyadapan tersebut.

Dalam hal pelarian Snowden ini, Venezuela nampaknya sangat antusias untuk memberikan suaka kepada pria tersebut. Saat ini, Snowden kabarnya masih berada di Rusia dan Presiden Vladimir Putin mengatakan bahwa Amerika Serikat tidak berhak 'mengobok-obok' Rusia untuk menangkap Snowden.

Ternyata permasalahan NSA dan PRSIM masih terus berlanjut sampai sekarang. Kali ini ada satu laporan yang katakan bahwa badan intelijen Amerika Serikat itu sedang menggali data dari Android.

Berita menyoal penyadapan oleh National Security Agency (NSA) terhadap banyak perusahaan besar dengan tujuan untuk memerangi teroris dan kriminalitas melonjak pesat sejak seorang yang bekerja di dalamnya bernama Edward Snowden membocorkan banyak hal tentang badan intelijensi Amerika Serikat itu.

Walaupun perusahaan-perusahaan yang dituding telah 'menjual' data penggunanya ke NSA telah melakukan sanggahan dan membantah keterlibatan mereka, namun sampai kini tidak ada satu dari perusahaan tersebut yang memberikan bukti konkrit bahwa mereka benar-benar 'bersih.'

Kali ini ada satu kabar yang diangkat oleh Android Authority (04/07), yang mengatakan bahwa NSA ternyata juga 'menanamkan' penyadap di operating system besutan Google, Android.

Sebelum kasus penyadapan ini beredar luas, pada bulan Januari 2012 lalu, NSA telah berhasil membantu tim Android-Google untuk menutup celah keamanan yang dimiliki oleh Android.

Namun, dari bantuan yang diberikan oleh badan Amerika Serikat itu, NSA ternyata secara diam-diam menyisipkan beberapa kode di dalam Android versi terbaru yang kini digunakan oleh Galaxy S4 dan HTC One yaitu Android 4.2.x Jelly Bean.

Apabila berita yang beredar benar, maka pengguna Android wajib khawatir karena mulai dari data berupa chatting dengan menggunakan aplikasi chat, SMS, log telepon sampai dengan data-data pribadi dan penting lainnya dapat diakses secara langsung oleh pihak NSA.

Sebagai tambahan pemikiran, apabila tidak ada tendensi ketika membantu menutup lubang keamanan di Android, kenapa pihak NSA tidak berupaya membantu operating system mobile lain seperti iOS contohnya.

Di tahun 2012 lalu, iOS juga dikabarkan sempat bobol beberapa kali dan data penggunanya juga kabarnya banyak yang berhasil dicuri. Namun, kenapa NSA tidak membantu Apple untuk menutup celah keamanannya?




Artikel Lain :